Artikel Perubahan Sosial Pada Anak



PERUBAHAN SOSIAL PADA ANAK
Berbicara tentang teknologi komunikasi yang ada di Indonesia tentu berdampingan pula dengan dampaknya terutama yang diterima oleh khalayak. Hampir semua umur menggunakan media dalam berkomunikasi. Dan yang paling banyak digunakan ialah media massa. Informasi apa saja bisa didapatkan dari manapun. Contohnya dari televisi, khalayak dicekoki oleh berbagai informasi baik itu yang bermanfaat bagi dirinya maupun tidak. Khalayak mau tidak mau menerima informasi tersebut.
Di Indonesia akhir-akhir ini sedang marak dengan adanya tontonan yang memang kurang mendidik khususnya bagi anak-anak. Banyak sekali sinetron-sinetron yang bermunculan di TV Swasta.sekarang kebebasan dalam demokrasi tidak lagi didefinisikan sebagai partisipasi dalam membangun kebaikan bersama, namun sekarang demokrasinya lebih mengarah kepada bisnis, dan pemilik media mencari apa yang dibutuhkan oleh khalayak atau bisa dikatakan melihat rating yang paling tinggi, maka itulah yang akan ia berikan kepada khalayak.
Terlihat sekali adanya perubahan sosial di negara yang multi etnis ini.pada masa orde lama sistem medianya otoritarian artinya media pers dibungkam dan dibatasi. Bila ingin menpublikasikan sebuah berita maka harus memebritakan hal yang baik-baik tentang pemerintahannya. Agar memberikan citra yang baik, saat orde ini tidak banyak channel di televisi, saat itu baru hanya TVRI saja. Setelah adanya reformasi media tidak dibungkam lagi mereka bebas memberikan informasi kepada publik. Namuun informasi yang diberikan banyak hal yang tidak mendidik.
Seorang pemikir budaya di negara maju menyaksikan transformasi dalam lingkungan pendidikan yang diakibatkan oleh penjualan pasar yang paling laris. Dan berdampak pada eksistensi anak-anak dalam dunia pendidikan. Politik pendidikan yang berorientasi pada pasar dan didukung oleh saluran media massa ini telah menjadikan anak bangsa tak lebih dikatakan sebagai konsumen, dan mereka ditempatkan sebagai pembeli.
Dalam menyingkapi fenomena transformasi media anak-anak kita kahir-akhir ini dalam membentuk “lingkungan belajar” bagi anak-anka kita. Tidakkah media dalam wajahnya seperti lewat televisi, kartun, komik, dunia animasi dan kini lewat internet sedkit juga yang akan berpengaruh bagi pandangan dunia anak-anak kita.
Betapa dahsyatnya perubahan dunia yang akan mempengaruhi anak-anak kita. Rupanya globalisasi budaya yang disebarkan lewat media telah berdampak lebih dalam dan radikal bagi dalam pengertian media konvensional. Media cetak dan elektronik melainkan juga media bermain dan media belajar yang menjadi ruang publik anak-anak untuk mengekspresikan dunia anak-anaknya yang penuh nuansa. Media anak-anak ini kini tengah mengalami revolusi baik didalam hal isi atau content maupun perwajahan atau layout. Lebih dari itu, revolusi itu juga berlangsung dalam watak medi ayang mempengaruhi waktu luang anak-anak terutama ketika medi adimanfatkan para pemodal demi kepentigan politik untuk menciptakan kesenangan semata.
Kemajuan teknologi juga telah menciptakan nuanasa tersendiri yang dapat memepengaruhi selera dan gaya hidup anak-ank kita. Melalui media yang kian bebas, terbuka dan juga terjangkau, warga indonesia menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang khususnya dari budaya barat dan eropa dan dari seluruh penjuru dunia. Padahal, belum semua warga bangsa di kita bisa menilai baik buruknya informasi yang didapat. Begitupun depan banyaknya informasi yang memang jarang yang didapat dan terbilang cukup aneh bagi kita. Pandangan dunia juga telah hadir begitu cepat pada saat minat baca begitu rendah di Indonesia. Dan itulah yang menjadi sebuah masalah yang kita hadapi saat ini. Masih banyak yang buta huruf serta angka.
Maka jangan heran bila komik crayon Shincan dan komik One Piece yang sempat mengundang kontroversi dan minat baca anak-anak. Justru kita sebagai orang dewasa harus memberikan motivasi mereka dalam minat baca serta memberikan imbauan kepada anak-anak.
Dari pada hanya menerapkan gaya lama yakni memarahi dan melarangnya membaca komik tersebut alangkah baiknya kita tuntun saja mereka saat mereka membaca. Dan berikanlah bacaan-bacaan kepada ank-anak yang lebih menarik dengan cara persuasif. Agar anak tidak berpikir bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk membaca.
Meskipun hanya sebuah komik namun bacaan tersebut adalah sebuah awal agar anak tertarik membaca, komik termasuk bacaan yang ringan. Dan minat baca berawal dari sebuah bacaan yang menarik dan ringan. Jika ia sudah bosan pasti ia aklan mencari bahan bacaan yang lebih tinggi tingkatannya, seperti novel. Kita hanya bisa mengawasinya atau dengan kata lain menjadi polisinya.
Akan lebih baik jika kita mempersiapkan generasi yang lebih kritis dan melakukan edukasi lewat penerbitan komik-komik bernuanas lokal yang dikemas dengan tampilan visula yang lebih mrnarik namn tetap tidak keluar dari kandungan tema-tema aktual yang imajinarif serta edukatif.
Namun yang terjadi saat ini justru komik-komik jepang bermunculan, membanjiri pasar dan menjadi prima-prima di banyak komik lainyang juga ditawarkan bagi anak-anak. Karena itu suka atau tidak, sadar atau tidak akhirnya selera masyarakat kita dibentuk oleh negeri sakura tersebut. Juga pada saat yang sama oleh selera eropa dan amerika. Dengan mbermunculan manga yang kini telah merambah dunia telah memperlihatkan bahwa faktor budaya telah memaikan peran penting dalam peraturan politik Jepang di dunia. Melalui komik-komikya, Jepang kini tidak hanya berhasil menambah keragaman budaya populer masyarakt Asia, yang selama ini memang telah didominasi gagasan pandangan hidup Amerika seperti tersalur lewat produk-produk hollywood. Namun, dari siru ternyata telah berlangsungny lewat budaya populer yang membuat perilaku konsumsi dan gaya hidup hedonis menjadi  sarana pembatasasn imajinasi anak-anak yang paling meriah dan menggiurkan.
Terbatasnya Ruang Publik bagi Anak
Jika kita sedikit melihat kebelakang dan merenungkan apa yang telah terjadi di negeri ini sekarang, betapa ironi begitu sering muncul. Pada saat orde baru Soeharto, atas nama ideologi pembangunan negeri ini dengan berbagai kehidupan koya yang bergaya modern dan banyak grdung bertingkat. Mereka gusur lahan persawahan dan lapangan diganti dengan bangunan mal atau pusat perbelanjaan serta hotel-hotel.
Setelah orde baru berakhir bertepatan dengan lengsernya Soeharto, kegiatan gusur menggusur ternyata masih diteruskan oleh Megawati. Bahkan kebiasaan dalam pembangunan mal lebih dikembangkan lagi, serta beberapa gubernur pun ikut andil agar pemasukan negara menjadi lebih besar. Jarang sekali melihat pemimpin kita yang memperdulikan pembangunannya dalam ruang publik dalam artian ruang terbuka untuk umum yang nyaman dan gratis untuk anak-anak bermain, bersepeda, atau berlari-lari kecil untuk mengisi waktu libur. Hampir semua kini terobsesi dengan mal. Ruang publik pun lebih sedikit banyak jalan macet, trotoar sempit, fasilitas publik tidak dibenahi. Namun syukurnya sekarang di Bandung kita mendapatkan pemimpin yang memperhatikan hal tersebut. Hanya segelintir pemimpin yang memperhatikan hal tersebut.
Dengan tindakan-tindakan pemimpin yang menyingkirkan ruang terbuka untuk anak-anak kita bermain. Padahal  bermain itu bisa dikatakan sebagai proses untuk mencari jati diri atau pembentukan kepribadian si anak. Tetapi, kini ruan publik tempat anak-anak mengekspresikan keanak-anakannya kini justru terancam. Berbeda pada jaman dulu kita bermain bisa dimana saja, seperti bermain petak umpet, gunduh, masak-masakan dan lain-lain. Saat media tradisional terancam, yang dikhawatirkan bukan hanya ruang publik yang digunakan komersial sesaat. Namun, dampak psikologis bagi anak itu sendiri yang perlu kita khawatirkan. Karena saat itu dunia imajinasinyalah yang terancam.
Dengan mengatas namakan kemajuan kita rela mengganti media tradisional anak-anak dengan media permainan dari bahan plastik dan sintetis seperti robot-robotan, boneka barbie, hingga dunia animasi yang mendukung teknologi komputer seperti Playstation atau bahkan sekarang bertambah lagi dengan adanya media soial.
Konsumsi anak-anak di Media
Perubahan kebudayaan yang cepat membuat dunia anak sulit menghindari kebudayaan yang seharusnya tidak konsumsi. Anak-anak kian terpolusi oleh limbah budaya yang terus mengalir lewat teknologi komunikasi seperti iklan, televisi, video game, vcd, media sosial dan lain sebagainya. Saat dirumah atas istilah sayang anak kita penuhi rengekan anak-anak dengan berlimpah barang kebutuhan dan keinginan anak untuk terpenuhi. Sehingga kita lupa bahwa cinta, kasih sayang dan kebaikan dalam ashan takkan mungkin bisa diperhitungkan dengan materi.
Suara anak-anak akhirnya saat ini di media masih saja belum jauh beranjak dari iklan anak yang memaksa orangtua untuk harus selalu siap memenuhi kebutuhannya. Sementara suara anak-anak yang hidupnya terpinggirkan nyaris tak dapat mendapat porsi yang menggembirakan di pemberitaan media yang bertumpu pada kebutuhan bisnis.
Kurangnya Keteladanan
Meniru ialah cara pertama anak-anak belajar. Anak-anak berperilaku cenderung sama dengan yang sering kita lakukan, karena mereka melihat dan meniru. Anak-anak akan menyerap perilaku, sikap, dan bahasa setiap saat dalam hidup mereka. Orang tua menjadi salah satu sarana mengasuh anak terpenting namun sederhana, yang bisa digunakan orangtua. Maka dari itu, jika dirumahnya tidak ada teladan baginya dia akan mencari dari media lain yakni sekolah, televisi atau di lingkungan bermainnya.
Lantas bagaimana jika di sekolah, di televisi, atau di masyarakat tidak ada figur yang pantas untuk menjadi tauladan? Akan kemanakah anak-anak menunjukan tindakannya? Dan, anak-anak seperti apa yang bakal lahir kalau mereka dibesarkan dalam kehidupan yang baik dalam dunia saat ini?
Teladan yang baik tidak hanya bermanfaat untuk anak dan orang lain, namun juga orang-orang yang memberi keteladanan tersebut. Teladan yang baik kunci keberhasilan mendidik anak. Pembiasaan sejak dini akan membentuk karakter saat dewasa. Seperti ibu yang mengajarkan salam sapa. Berdoa saat akan memulai makan dan tidur. Shalat lima waktu. Mendahulukan kaki kanan saat hendak masuk masjid, juga mendahulukan kaki kiri saat masuk kamar mandi. Orang tua yang menjaga lidahnya untuk tidak berkata buruk, mencela, menyakiti, ghibah, dan adu domba. Memperbanyak dzikirullah, membaca Al Qur'an. Dan berbaik sangka kepada orang lain dan berbagai amalan kebaikan lainnya yang menjadi kebiasaan dalam keluarga. Semuanya akan membekas dalam diri anak, menjadi kebiasaan dan karakter dalam membentuk kepribadian anak.
Di tengah kemajuan teknologi saat ini anak-anak di Indonesia kehilangan jati dirinya. Kebiasaan yang bernilai positif seperti kejujuran yang telah ditanamkan oleh orang tua kita kini menjadi pudar. Anak sekarang cenderung bersikap tidak baik terhadap orang tuanya dan banyak yang disibukkan dengan bermain gamae online. Nilai budaya yang kita anut lambat laun tergerus oleh budaya luar.
Pemerintah Indonesia sadar dengan adanya perubahan sosial ini. Pemerintah membuat suatu pembelajaran pembentukan kepribadian di sekolah. Yaitu dengan diadakannya mata pelajaran PKN, agama dan bahasa Indonesia. Dari mata pelajaran tersebut diharapkan agar anak bangsa membentuk kepribadiannya lebih nasionalisme dan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
Tapi harapan tak sesuai fakta, pemerintah ingin membentuk kebribadian anak bangsa yang jujur. Tetapi faktanya mereka memberikan contoh yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan kepada anak-anak. Banyak sekali kasus korupsi di negeri ini, ada yang terungkap dan ada yang masih mensantai menduduki jabatannya. Mereka menghabiskan uang negara untuk kepentingan politik dan pencitraan.
Anak juga diminta agar membesiasakn diri hidup dalam kesedrhanaan dan tidak berperilaku konsuntif. Tapi anggota DPR bertolak belakang dengan dan sibuk memamerkan kekayaan dan jabatan mereka. Kelompok yang seperti itu belum mempunyai karakter bangsa karena msih belum memikierkan kepentingan rakyat.
Untuk mencapai kepada keteladanan yang baik,sebaiknya jika kita beragama Islam merujuk pada keteladanan Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW bukan hanya mengajarkan keteladanan sebatas dari perkataan saja namun dengan perbuatannya. Maklum  jika  pendidikan karakter keteladanan agama Islam  yang dibawanya sukses besar. Seharusnya pemimpin sadar agar tidak mengajarkan karakter bukan hanya sekedar teoritis perlu ada tindakan nyata juga.
Dalam pengadaan pendidikan berkarakter memang baik, tetapi harus ada tindakan nyatanya juga dari pemerintah maka dari itu, kita perlu membantu peran pemerintah untuk memberikan pendidikan berkarakter sebagai wadah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan pensisikan yang ada di sekolah yang merujuk pada suatu pencapaian dalam membentuk karakter dan akhakul karimah anak-anak secara utuh dan juga seimbang.
Dan Akhirnya, kita harus mulai merenungkan dan berpikir ulang dalam mengartikan pendidikan karakter. Sebab, karakter tidak diciptakan tanpa adanya proses keteladanan. Semua itu bisa dimulai dari orang terdekat kita seperti ibu, ayah, guru, dan lain lain. saat para pemberi teladan memberikan contoh tidak baik, persepsi dan tingkah laku buruk yang tercipta. Anak membuat sebuah alasan uuntuk mebuat ibunya percaya dengan aadanya kejujuran.
Disini sudah jelas terlihat perubahan sosial pada anak, dimana nilai budaya kita tergerus dengan zaman yang modern ini. Memang bahwa perubahan sosial merupakan sebuah variasi dari cara hidup yang telah kita terima. Baik itu dari faktor internal maupun eksternal. Tidak semua perubahan sosial bendampak buruk namun bisa menjadi sebuah modifikasi dari pola sosial yang lama.
Dalam peubahan sosial, komunikasi ialah salah satu cara dalam melakukan perubahan sosial. Komunikasi ialah salah satu dalam penyalur atau jembatan kepada perubahan sosial. Komunikasi tidak akan pernah lepas dari konteks sosial semuanya seling berkesinambungan. Jadi komunikasi akan dibubuhi dengan norma, nilai, batasan-batasan sosial. Seperti hubungan manusia saja dengan masyarakat kita akan saling berkaitan dan terhubng satu sama lain.
Media yang sedang digunakan dalam komunikasi berperan juga sebagai pembentuk kesadaran mamnusia yang pada akhirnya menentukan sebuah persepsi orang kepada dunia dan masyarakat tempat mereka bernaung. Komunikasi adalah alat yang luar biasa yaitu untuk mengawasi salah satu kekuatan penting dalam masyarakat, mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Atau bahkan mereka yang berada dalam posisi sedang mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang akan menentukan tertujunya kepada arah perubahan sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah bentuk bentuk perusahaan

Kekuasaan Wewenang dan Kepemimpinan.

LAPORAN PENELITIAN PUBLIC RELATION PERUSAHAAN